Ada sebuah kisah yang cukup masyhur di
negeri nusantara ini tentang peristiwa pada saat menjelang Perang Salib.
Ketika itu kekuatan kafir menyerang negeri Muslimin dengan segala
kekuatan dan peralatan perangnya. Demi melihat kekuatan musuh tersebut,
sang raja muslim waktu itu, Sholahuddin al-Ayyubi, ingin mengobarkan
semangat jihad kaum muslimin. Maka beliau membuat peringatan maulid
nabi. Dan itu adalah peringatan maulid nabi yang pertama kali dimuka
bumi.
Begitulah cerita yang berkembang sehingga
yang dikenal oleh kaum Muslimin bangsa ini, penggagas perayaan untuk
memperingati kelahiran Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam ini adalah
Imam Sholahuddin al Ayyubi. Akan tetapi benarkah cerita ini? Kalau
tidak, lalu siapa sebenarnya pencetus peringatan malam maulid nabi? Dan
bagaimana alur cerita sebenarnya?
Kedustaan Kisah Ini
Kedustaan Kisah Ini
Anggapan bahwa Imam Sholahuddin al Ayyubi
adalah pencetus peringatan malam maulid nabi adalah sebuah kedustaan
yang sangat nyata. Tidak ada satu pun kitab sejarah terpercaya –yang
secara gamblang dan rinci menceritakan kehidupan Imam Sholahuddin al
Ayyubi- menyebutkan bahwa beliau lah yang pertama kali memperingati
malam maulid nabi.
Akan tetapi, para ulama ahli sejarah
justru menyebutkan kebalikannya, bahwa yang pertama kali memperingati
malam maulid nabi adalah para raja dari Daulah Ubaidiyyah, sebuah Negara (yang menganut keyakinan) Bathiniyyah Qoromithoh meskipun mereka menamakan dirinya sebagai Daulah Fathimiyyah.
Merekalah yang dikatakan oleh Imam al Ghozali: “Mereka adalah sebuah kaum yang tampaknya sebagai orang Syiah Rafidhah
padahal sebenarnya mereka adalah orang-orang kafir murni.” Hal ini
dikatakan oleh al Miqrizi dalam al-Khuthoth: 1/280, al Qolqosyandi dalam
Shubhul A’sya: 3/398, as Sandubi dalam Tarikh Ihtifal Bil Maulid
hal.69, Muhammad Bukhoit al Muthi’I dalam Ahsanul Kalam hal.44, Ali
Fikri dalam Muhadhorot beliau hal.84, Ali Mahfizh dalam al ‘Ibda’
hal.126.
Imam Ahmad bin Ali al Miqrizi berkata:
“Para kholifah Fathimiyyah mempunyai banyak perayaan setiap tahunnya.
Yaitu perayaan tahun baru, perayaan hari asyuro, perayaan maulid nabi,
maulid Ali bin Abi Tholib, maulid Hasan, maulid Husein, maupun maulid
Fathimah az Zahro’, dan maulid kholifah. (Juga ada) perayaan awal Rojab,
awal Sya’ban, nisfhu Sya’ban, awal Romadhon, pertengahan Romadhon, dan
penutup Ramadhon…” [al Mawa’izh:1/490]
Kalau ada yang masih mempertanyakan:
bukankah tidak hanya ulama yang menyebutkan bahwa yang pertama kali
membuat acara peringatan maulid nabi ini adalah raja yang adil dan
berilmu yaitu Raja Mudhoffar penguasa daerah Irbil?
Kami jawab: Ini adalah sebuah pendapat
yang salah berdasarkan yang dinukil oleh para ulama tadi. Sisi kesalahan
lainnya adalah bahwa Imam Abu Syamah dalam al Ba’its ‘Ala Inkaril Bida’
wal Hawadits hal.130 menyebutkan bahwa raja Mudhoffar melakukan itu
karena mengikuti Umar bin Muhammad al Mula, orang yang pertama kali
melakukannya. Hal ini juga disebutkan oleh Sibt Ibnu Jauzi dalam
Mir’atuz Zaman: 8/310. Umar al Mula ini adalah salah seorang pembesar
sufi, maka tidaklah mustahil kalau Syaikh Umar al Mula ini mengambilnya
dari orang-orang Ubaidiyyah.
Adapun klaim bahwa Raja Mudhoffar sebagai
raja yang adil, maka urusan ini kita serahkan kepada Allah akan
kebenarannya. Namun, sebagian ahli sejarah yang sezaman dengannya
menyebutkan hal yang berbeda.
Yaqut al Hamawi dalam Mu’jamul Buldan
1/138 berkata: “Sifat raja ini banyak kontradiktif, dia sering berbuat
zalim, tidak memperhatikan rakyatnya, dan senang mengambil harta mereka
dengan cara yang tidak benar.” [lihat al Maurid Fi ‘Amanil Maulid kar.al
Fakihani – tahqiq Syaikh Ali- yang tercetak dalam Rosa’il Fi Hukmil
Ihtifal Bi Maulid an Nabawi: 1/8]
Alhasil, pengingatan maulid nabi pertama kali dirayakan oleh para raja Ubaidiyyah di Mesir. Dan mereka mulai menguasai Mesir pada tahun 362H. Lalu yang pertama kali merayakannya di Irak adalah Umar Muhammad al Mula oleh Raja Mudhoffar pada abad ketujuh dengan penuh kemewahan.
Alhasil, pengingatan maulid nabi pertama kali dirayakan oleh para raja Ubaidiyyah di Mesir. Dan mereka mulai menguasai Mesir pada tahun 362H. Lalu yang pertama kali merayakannya di Irak adalah Umar Muhammad al Mula oleh Raja Mudhoffar pada abad ketujuh dengan penuh kemewahan.
Para sejarawan banyak menceritakan
kejadian itu, diantaranya al Hafizh Ibnu Katsir dalam Bidayah wan
Nihayah: 13/137 saat menyebutkan biografi Raja Mudhoffar berkata: “Dia
merayakan maulid nabi pada bulan Robi’ul Awal dengan amat mewah. As Sibt
berkata: “Sebagian orang yang hadir disana menceritakan bahwa dalam
hidangan Raja Mudhoffar disiapkan lima ribu daging panggang, sepuluh
ribu daging ayam, seratus ribu gelas susu, dan tiga puluh ribu piring
makanan ringan…”
Imam Ibnu Katsir juga berkata: “Perayaan
tersebut dihadiri oleh tokoh-tokoh agama dan para tokoh sufi. Sang raja
pun menjamu mereka, bahkan bagi orang sufi ada acara khusus, yaitu
bernyanyi dimulai waktu dzuhur hingga fajar, dan raja pun ikut berjoget
bersama mereka.”
Ibnu Kholikan dalam Wafayat A’yan
4/117-118 menceritakan: “Bila tiba awal bulan Shofar, mereka menghiasi
kubah-kubah dengan aneka hiasan yang indah dan mewah. Pada setiap kubah
ada sekumpulan penyanyi, ahli menunggang kuda, dan pelawak. Pada
hari-hari itu manusia libur kerja karena ingin bersenang-senang ditempat
tersebut bersama para penyanyi. Dan bila maulid kurang dua hari, raja
mengeluarkan unta, sapi, dan kambing yang tak terhitung jumlahnya,
dengan diiringi suara terompet dan nyanyian sampai tiba dilapangan.” Dan
pada malam mauled, raja mengadakan nyanyian setelah sholat magrib di
benteng.”
Setelah penjelasan diatas, maka bagaimana
dikatakan bahwa Imam Sholahuddin al Ayyubi adalah penggagas maulid
nabi, padahal fakta sejarah menyebutkan bahwa beliau adalah seorang raja
yang berupaya menghancurkan Negara Ubaidiyyah. [1]
Siapakah Gerangan Sholahuddin al Ayyubi [2]
Siapakah Gerangan Sholahuddin al Ayyubi [2]
Beliau adalah Sultan Agung Sholahuddin
Abul Muzhoffar Yusuf bin Amir Najmuddin Ayyub bin Syadzi bin Marwan bin
Ya’qub ad Duwini. Beliau lahir di Tkrit pada 532 H karena saat itu bapak
beliau, Najmuddin, sedang menjadi gubernur daerah Tikrit.
Beliau belajar kepada para ulama zamannya
seperti Abu Thohir as Silafi, al Faqih Ali bin Binti Abu Sa’id, Abu
Thohir bin Auf, dan lainnya.
Nuruddin Zanki (raja pada saat itu)
memerintah beliau untuk memimpin pasukan perang untuk masuk Mesir yang
saat itu di kuasai oleh Daulah Ubaidiyyah sehingga beliau berhasil
menghancurkan mereka dan menghapus Negara mereka dari Mesir.
Setelah Raja Nuruddin Zanki wafat, beliau
yang menggantikan kedudukannya. Sejak menjadi raja beliau tidak lagi
suka dengan kelezatan dunia. Beliau adalah seorang yang punya semangat
tinggi dalam jihad fi sabilillah, tidak pernah didengar ada orang yang
semisal beliau.
Perang dahsyat yang sangat monumental
dalam kehidupan Sholahuddin al Ayyubi adalah Perang Salib melawan
kekuatan kafir salibis. Beliau berhasil memporak porandakan kekuatan
mereka, terutama ketika perang di daerah Hithin.
Muwaffaq Abdul Lathif berkata: “Saya
pernah datang kepada Sholahuddin saat beliau berada di Baitul Maqdis
(Palestina, red), ternyata beliau adalah seorang yang sangat dikagumi
oleh semua yang memandangnya, dicintai oleh siapapun baik orang dekat
maupun jauh. Para panglima dan prajuritnya sangat berlomba-lomba dalam
beramal kebaikan. Saat pertama kali aku hadir di majelisnya, ternyata
majelis beliau penuh dengan para ulama, beliau banyak mendengarkan
nasihat dari mereka.”
Adz Dzahabi berkata: “Keutamaan
Sholahuddin sangat banyak, khususnya dalam masalah jihad. Beliau pun
seorang yang sangat dermawan dalam hal memberikan harta benda kepada
para pasukan perangnya. Beliau mempunyai kecerdasan dan kecermatan dalam
berfikir, serta tekad yang kuat.”
Sholahuddin al Ayyubi wafat di Damaskus
setelah subuh pada hari Rabu 27 Shofar 589 H. Masa pemerintahan beliau
adalah 20 tahun lebih.
Oleh : Al-Ustadz Ahmad Sabiq Abu Yusuf
Oleh : Al-Ustadz Ahmad Sabiq Abu Yusuf
Sumber: Diketik ulang dari Majalah al Furqon Edisi 09 Thn.XIII, Robi’uts Tsani 1430/April 2009, Hal.57-58 [di salin dari: http://alqiyamah.wordpress.com/%5D
jadi maulid nabi itu termasuk ibadah atau sekedar acara kumpul2 aja?
BalasHapus